اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
LCD Text Generator at TextSpace.net
LCD Text Generator at TextSpace.net
small rss seocips Murottal Qur'an
Sambil dengerin ngaji yuukk, baca postingannya, klik tombol play nya !!!

Tuesday, March 22, 2016

Abdullah Bin Jahsy

“Orang Pertama yang Disebut sebagai Amirul Mukminin”

Tokoh sahabat yang akan saya paparkan saat ini adalah seseorang yang
begitu akrab dengan Nabi Shallallahu 'alaih wasallam
dan salah seorang yang pertama kali
memeluk Islam.
Dia adalah anak dari bibi (sepupu) Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam, karena ibu
Abdullah yang bernama Umaimah binti Abdul Muthalib adalah bibi
Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam.
Dia juga menjadi ipar Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam, karena saudarinya yang
bernama Zainab binti Jahsy adalah salah seorang istri Nabi Shallallahu 'alaih wasallam dan
menjadi salah seorang ummahatul mu’minin.
Dia adalah orang yang pertama disematkan dengan panji Islam. Dia
juga yang merupakan orang pertama yang mendapatkan gelar Amirul
Mukminin. Dialah Abdullah bin Jahsy Al Asady

Abdullah bin Jahsy masuk Islam sebelum Nabi Shallallahu 'alaih wasallam masuk ke dalam
Darul Arqam. Dia juga termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam.
Saat Nabi Shallallahu 'alaih wasallam mengizinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke
Madinah untuk menyelamatkan agama mereka dari siksaan kaum Quraisy,
Abdullah bin Jahsy adalah menjadi orang kedua kaum Muhajirin karena
tidak ada yang mampu mendahuluinya mendapatkan kemuliaan ini selain
Abu Salamah.


Berhijrah di jalan Allah Subhanu wata'ala dengan meninggalkan keluarga dan tanah
air bukanlah hal yang baru bagi Abdullah bin Jahsy. Sebelumnya, ia pernah
berhijrah bersama beberapa anggota keluarganya ke Habasyah.
Akan tetapi hijrahnya kali ini terasa lebih luas dan lengkap. Semua
keluarga dan kerabatnya turut berhijrah bersamanya. Tak kurang anak-
anak ayahnya baik pria maupun wanita. Tua ataupun muda, bahkan anak-
anak. Rumahnya adalah rumah Islam dan sukunya adalah suku iman.
                                                      
 Abu Salamah adalah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal Al Makhzumy Al Qurasy, salah seorang
yang pertama masuk Islam. Dia adalah saudara sesusu dengan Nabi Shallallahu 'alaih wasallam.  Ia menikahi Ummu Salamah  yang kemudian menjadi istri Nabi begitu Abu Salamah wafat. Ia meninggal di Madinah setelah kembali dari perang Badr… Lihat profil Ummu Salamah dalam kitab  Shuwar min Hayatis Sahabiyat
Sebelum mereka meninggalkan Mekkah, nampak kampung mereka
terlihat begitu sedih dan haru. Ia nampak kosong tak berpenghuni. Seolah
ia belum pernah terisi dan tidak pernah terjadi percakapan dalam rumah
yang ada di dalamnya.
Tidak lama berselang sejak Abdullah berhijrah bersama orang yang
mengikutinya, maka beberapa pembesar Quraisy keluar berkeliling
kampung di Mekkah untuk mengetahui siapa di antara kaum muslimin
yang telah pergi meninggalkan kampung mereka dan siapa yang masih
diam menetap.Salah seorang dari pembesar Quraisy tadi adalah Abu Jahl
dan Utbah bin Rabiah.
Maka Utbah memandang ke arah rumah-rumah Bani Jahsy yang ditiup
angin pembawa debu dan pintu-pintu yang terbuka. Demi melihat itu
Utbah berkata: “Kampung Bani Jahsy kini menangisi penduduknya...” Abu
Jahl lansung menimpali: “Siapakah mereka sehingga kampung ini
menangisinya?!” Kemudian Abu Jahl meletakan tangannya di tembok
rumah Abdullah bin Jahsy, dan rumah tersebut adalah rumah yang paling
bagus dan kaya di antara yang lainnya. Dan Abu Jahl berkuasa atas rumah
tersebut dan apa yang ada di dalamnya seolah ia adalah pemiliknya.
Begitu Abdullah bin Jahsy mendengar apa yang dilakukan Abu Jahl
terhadap rumahnya, maka ia melaporkannya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam. Maka
Nabi Shallallahu 'alaih wasallam bertanya kepadanya: “Apakah engkau tidak rela, ya Abdullah jika
Allah Subhanu wata'ala akan menggantikannya dengan sebuah istana di surga?” Ia
menjawab: “Tentu, saya rela ya Rasulullah!” Rasul bersabda: “Nah..
begitulah!”
Maka menjadi tenanglah jiwa dan hati Abdullah.

Hampir saja Abdullah bin Jahsy tidak sampai ke Madinah setelah
melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan dalam hijrahnya yang
pertama dan kedua.
Hampir saja ia merasakan ketentraman di bawah naungan kaum
Anshar; setelah ia merasakan penyiksaan yang dilakukan oleh kaum
Quraisy, sehingga ia merasakan dengan izin Allah penyiksaan yang begitu
berat yang ia rasakan sepanjang hidupnya sejak ia masuk ke dalam Islam.
Marilah kita mendengarkan kisah pengalaman yang pahit dan
menyakitkan ini.

Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam mengirimkan 8 orang dari para sahabatnya untuk
melakukan tugas kemiliteran dalam Islam, salah seorang dari mereka
adalah Abdullah bin Jahsy dan Sa’d bin Abi Waqash. Rasul Shallallahu 'alaih wasallam bersabda:
“Aku akan menunjuk pemimpin di antara kalian yaitu orang yang paling
kuat merasakan lapar dan haus.” Kemudian Rasul menyematkan panji  mereka kepada Abdullah bin Jahsy; dan karenanya ia menjadi amir pertama
yang ditunjuk untuk memimpin sekelompok orang dari kaum mukminin.

Rasulullah menunjukkan tujuan yang harus ditempuh oleh pasukan
Abdullah bin Jahsy dan Beliau memberikan sebuah surat kepadanya. Rasul
memerintahkan kepada Abdullah agar tidak membukanya kecuali setelah
menyusuri perjalanan selama dua hari.
Tatkala dua hari perjalanan telah ditempuh oleh pasukan,maka
Abdullah bin Jahsy membuka surat tersebut, ternyata di dalamnya tertulis:
“Jika engkau telah membaca suratku ini maka berjalanlah ke arah sebuah
pohonkurma yang berada di antara Thaif dan Mekkah. Pantaulah suku
Quraisy dari sana, dan sampaikan kepada kami informasi tentang
mereka....”
Begitu Abdullah bin Jahsy selesai membaca surat tersebut ia langsung
berkata: “Baik, kami akan mentaati perintah Nabi Allah.”
Lalu ia berkata kepada para sahabatnya: “Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam
memerintahkan aku untuk pergi ke sebuah pohon kurma yang dituju agar
aku dapat memantau suku Quraisy sehingga aku dapat memberikan
informasi tentang mereka. Beliau melarangku untuk memaksa salah
seorang di antara kamu untuk pergi menemaniku. Siapa yang ingin
mendapatkan kesyahidan dan ingin melakukannya, maka silahkan
menemaniku, barang siapa yang enggan melakukannya maka silahkan
kembali dan ia tidaklah tercela.”
Kaumnya menjawab: “Kami mendengar dan taat kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaih wasallam. Kami akan berangkat bersamamu sebagaimana Nabi menyuruhmu.”
Lalu pasukan tadi melanjutkan perjalanan mereka hingga tiba di pohon
kurma yang dimaksud dan mereka lalu mencari berita lewat kafilah yang
lewat untuk mendapatkan informasi tentang kaum Quraisy.
Mereka masih melakukan tugas hingga akhirnya mereka melihat dari
kejauhan datangya sebuah kafilah Quraisy yang terdiri dari 4 orang yaitu
Amr bin Al Hadramy, Al Hakam bin Kaisan,Utsman bin Abdullah dan
saudaranya yang bernama Al Mughirah. Mereka berempat membawa
barang dagangan suku Quraisy yang berisikan antara lain kulit, anggur
kering dan komoditas lain yang biasa diperdagangkan oleh suku Quraisy.
Ketika itu para sahabat Rasul tadi mulai bermusyawarah. Hari itu
adalah hari terakhir dari bulan-bulan haram dimana perang dilarang.
Mereka lalu berkata: Jika kita membunuh mereka sekarang, maka kita
membunuh mereka dalam bulan haram. Dan itu berarti merusak
                                                      

 Diriwayatkan bahwa panji pertamayang disematkan dalam Islam adalah yang diberikan
kepada Hamzah bin Abdul Muthalib ra, ada juga yang berpendapat berbeda.

 Bulan-bulan Haram adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Bangsa Arab
melarang terjadinya perang dalam bulan-bulan ini. 

kehormatan bulan ini dan dapat membangkitkan amarah semua bangsa
Arab... Jika kita membiarkan mereka, hingga hari ini berakhir maka
mereka akan masuk ke tanah haram
 dan mereka akan berada dalam
wilayah yang aman sehingga tidak bisa kita serang.”
Mereka terus bermusyawarah hingga mereka sepakat untuk menyerang
mereka dan membunuhnya dan merampas harta bawaan mereka sebagai
ghanimah... dalam beberapa saat saja mereka dapat membunuh salah
seorang dari mereka
, menawan 2 orang21
, dan satunya lagi berhasil
melarikan diri.

Abdullah bin Jahsy dan para sahabatnya menggiring kedua tawanan
dan barang bawaannya menuju Madinah. Begitu mereka menghadap
Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam dan mengetahui apa yang mereka telah lakukan maka
Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam langsung menolaknya dengan keras. Beliau bersabda
kepada mereka: “Demi Allah, aku tidak memerintahkan kalian untuk
berperang. Aku memerintahkan kalian untuk memberikan informasi
tentang kaum Quraisy dan mengawasi gerak-gerik mereka.”
Rasul Saw melihat kondisi kedua tawanan tadi dan memutuskan
perkara mereka... Rasul Shallallahu 'alaih wasallam menolak barang bawaan mereka dan Beliau
tidak mengambil sedikitpun darinya.
Pada saat itu Abdullah bin Jahsy dan para sahabatnya merasa amat
menyesal dan mereka merasa yakin bahwa mereka akan celaka karena
melanggar perintah Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam.
Beban terasa semakin bertambah bagi mereka saat para sahabat mereka
yang lain mulai mencerca mereka dan menjauh saat berpapasan dengan
mereka dengan berkata: “Mereka telah melanggar perintah Rasulullah
Shallallahu 'alaih wasallam!”
Mereka semakin merasa terjepit saat mengetahui bahwa suku Quraisy
menjadikan kejadian ini sebagai preseden buruk untuk mengalahkan dan
menangkap Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam dan menyebarkan berita ini ke seluruh kabilah
Arab. Kaum Quraisy mengatakan: “Muhammad kini telah menghalalkan
bulan haram. Ia telah menumpahkan darah, merampas harta dan menahan
tawanan.”
Tidak usah ditanyakan betapa kesedihan yang dirasakan oleh Abdullah
bin Jahsy dan para sahabatnya akibat derita yang mereka rasakan. Dan juga
                                                      

karena rasa malu mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam karena telah membuat
Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam dalam kesusahan.

Saat bencana begitu besar terasa menimpa mereka, dan musibah yang
berat terasa maka datanglah sebuah kabar gembira yang mengabarkan
bahwa Allah Subhanu wata'ala telah ridha dengan perbuatan mereka. Dan Allah telah
menurunkan sebuah ayat kepada Nabi-Nya tentang hal ini.
Janganlah ditanya betapa gembiranya mereka. Para manusia saat itu
berdatangan kepada mereka sambil memeluk dan mengucapkan selamat;
dan mereka semua membacakan ayat  yang turun berkenan dengan apa
yang telah mereka perbuat yang tercantum dalam Al Qur’an Al Karim.
Telah turun kepada Nabi Shallallahu 'alaih wasallam firman Allah Subhanu wata'ala:

 “Mereka bertanya tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
(menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya
dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh.” (QS. Al-Baqarah,
[2] : 217)
Begitu ayat-ayat ini turun maka jiwa Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam menjadi tenang;
maka Rasul baru mau mengambil barang bawaan tadi sebagai ghanimah
dan meminta tebusan dari dua tawanan tadi. Dan ia pun menerima akan
tindakan yang dilakukan oleh Abdullah bin Jahsy dan para sahabatnya;
karena perang yang mereka lakukan menjadi sebuah peristiwa besar dalam
sejarah kaum muslimin. Ghanimah dalam peristiwa ini adalah ghanimah
pertama yang diambil dalam sejarah Islam. Musuh yang terbunuh dalam
peristiwa ini adalah orang musyrik pertama yang ditumpahkan darahnya
oleh kaum muslimin. Kedua tawanannya adalah tawanan pertama yang
berhasil ditangkap oleh kaum muslimin. Panji pasukan ini adalah panji
pertama yang disematkan oleh tangan Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam. dan amir pasukan
ini adalah Abdullah bin Jahsy sebagai orang pertama yang dipanggil
dengan Amirul Mukminin.
Lalu terjadilah peristiwa Badr dimana Abdullah Bin Jahsy mendapatkan
ujian yang paling terhormat yang cocok dengan keimanannya. 


Kemudian datanglah peristiwa Uhud. Abdullah bin Jahsy dan temannya
yang bernama Sa’d bin Abi Waqash memiliki sebuah kisah yang tak
terlupakan. Sekarang kita persilahkan Sa’d untuk bercerita kisah mereka
berdua.
Sa’d bin Abi Waqash berkisah: “Saat perang Uhud, Abdullah bin Jahsy
menemuiku sambil bertanya: ‘Apakah engkau sudah berdo’a kepada Allah?’
Aku menjawab: ‘Sudah.’ Lalu kami menepi dan akupun berdo’a: “Ya Tuhan,
jika aku berjumpa dengan seorang musuh, maka pertemukanlah aku
dengan seorang yang kuat dan bengis sehingga aku memeranginya dan ia
memerangiku. Berikanlah aku kemenangan atasnya sehingga aku dapat
membunuhnya dan mengambil barang bawaannya.” Lalu Abdullah bin
Jahsy mengaminkan do’aku. Kemudian Abdullah berdo’a: “Ya Allah,
berikanlah kepadaku seorang musuh yang kuat dan bengis sehingga aku
dapat memeranginya di jalan-Mu dan ia memerangiku. Lalu ia dapat
mengalahkan aku dan mengambil hidung dan telingaku. Jika esok aku
menjumpai-Mu, Engkau akan bertanya: ‘Mengapa hidung dan telingamu
terputus?’ aku akan menjawabnya: ‘Keduanya terputus karena berjuang di
jalan-Mu dan membela Rasul-Mu’ dan Engkau pun akan berkata: ‘Engkau
benar!’
Sa’d bin Abi Wqash berkata: “Do’a Abdullah bin Jahsy lebih baik dari
do’aku. Pada penghujung hari aku melihatnya. Ia telah terbunuh dan
tercabik-cabik. Hidung dan telinganya tergantung di sebuah pohon dengan
sebuah benang.

Allah Subhanu wata'ala telah mengabulkan do’a Abdullah bin Jahsy dan
memuliakannya dengan mendapatkan syahadah sebagaimana Allah telah
memuliakan pamannya pemimpin para syuhada yaitu Hamzah bin Abdul
Muthalib.
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallammenguburkan mereka berdua dalam satu kubur,
dan air mata Beliau yang suci membasahi kubur mereka yang harum
dengan semerbak bau syahadah.


Sumber : Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rosulullah

No comments:

Post a Comment

Silakan Tuliskan Komentar Anda Tentang Blog Ini dan Juga Tentang Postingannya, Komentar dan Masukkan Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan Blog Ini

Beri Tahu Kami Jika Ada Link Download Yang Tidak Bekerja atau Tidak Bisa Dibuka
TERIMA KASIH...!!!