اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
LCD Text Generator at TextSpace.net
LCD Text Generator at TextSpace.net
small rss seocips Murottal Qur'an
Sambil dengerin ngaji yuukk, baca postingannya, klik tombol play nya !!!

Wednesday, March 23, 2016

Abdullah Bin Mas’ud

Orang Pertama yang Berani Membaca Al Qur’an dengan Jahr (Keras)
Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
“Barang Siapa yang Suka Membaca Al Qur’an Sesegar Seperti Baru
Turun, Maka Bacalah dengan Bacaan Ibnu Ummi Abd” (Muhammad
Rasulullah)


Saat itu ia adalah seorang anak kecil yang belum juga sampai pada usia
baligh. Ia tumbuh di sebuah lereng Mekkah yang jauh dari keramaian
manusia. Ia memiliki domba yang ia gembalakan milik salah seorang
pembesar Quraisy yang bernama Uqbah bin Abi Muayyath.


Kebanyakan orang memanggilnya dengan  Ibnu Ummi Abdin. Nama
sebenarnya adalah Abdullah. Nama ayahnya adalah Mas’ud.
Bocah ini mendengar kisah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang tersiar di kalangan
kaumnya, namun ia tidak perduli dengan berita tersebut karena saat itu ia
masih kecil dari satu sisi, dan karena ia terisolir jauh dari masyarakat
Mekkah dari sisi lain. Ia terbiasa untuk keluar rumah pada pagi hari
dengan menggembala domba milik Uqbah, dan tidak kembali kecuali bila
malam sudah tiba.

Pada suatu hari bocah yang bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat
ada 2 orang pria dewasa yang sedang berjalan ke arahnya dari jauh.
Keduanya terlihat letih. Mereka amat kehausan sehingga kedua bibir dan
tenggorokan mereka kering. 
Begitu keduanya berdiri di hadapan bocah ini maka mereka
mengucapkan salam kepadanya dan berkata: “Wahai ananda, tolong
peraskan susu domba-domba ini untuk menghilangkan rasa haus kami dan
membasahi tenggorokan kami.” Maka bocah tadi berkata: “Aku tidak akan
melakukannya. Domba-domba ini bukan milikku. Aku hanya dipercayakan
untuk menggembalanya saja!” Kedua pria tadi tidak memungkiri apa yang dikatakan oleh bocah ini, dan nampak dari kedua wajah mereka bahwa
mereka menerima apa yang dikatakannya. Kemudian salah seorang di
antara mereka berkata kepada bocah tadi: “Tunjakan kepadaku seekor
domba jantan!” Maka bocah tersebut menunjuk ke arah seekor domba kecil
yang ada di dekatnya. Lalu pria tadi menghampiri dan menangkapnya. Ia
mengusap puting kambing dengan tangannya sambil membaca nama
Allah. Bocah tadi melihat apa yang dilakukan pria ini dengan amat heran.
Ia berkata dalam dirinya: “Bagaimana bisa seekor domba jantan kecil dapat
mengeluarkan susu?!”
Akan tetapi puting susu kambing tadi menggelembung, dan lalu mulai
keluarlah susu dengan begitu banyaknya. Lalu pria yang satunya lagi
mengambil sebuah batu kering dari tanah. Kemudian batu tersebut ia isi
dengan susu. Dan keduanya minum dari batu tersebut.Lalu keduanya
memberikan susu tersebut kepadaku untuk diminum, dan aku hampir saja
tidak mempercayai apa yang baru saja aku lihat.
Begitu kami sudah merasa puas. Pria yang mendapatkan berkah dengan
susu kambing tadi berkata: “Berhentilah!” Maka berhentilah susu tersebut
sehingga puting kambing kembali seperti sediakala.
Pada saat itu, aku berkata kepada manusia yang penuh berkah tadi:
“Ajarkan aku ucapan yang kau baca tadi!” Ia menjawab: “Engkau adalah
seorang bocah yang terpelajar!”
Peristiwa tersebut adalah awal  kisah Abdullah bin Mas’ud dengan
Islam. Karena pria yang penuh berkah tadi tiada lain adalah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sahabat yang menyertainya saat itu adalah Abu Bakar As Shiddiq
ra.
Mereka berdua pada hari itu pergi menuju lereng-lereng Mekkah,
karena  menghindari penyiksaan yang akan ditujukan kepada mereka oleh
suku Quraisy.

Sebagaimana bocah tadi begitu mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan
sahabatnya tadi. Maka bocah tadi juga telah membuat Rasul dan
sahabatnya merasa takjub sehingga keduanya memberikan amanat yang
besar dan mengawasi perkembangan kebaikan pada dirinya.

Tidak berselang lama sejak itu maka Abdullah bin Mas’ud menyatakan
masuk Islam dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk
membantu Beliau. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan dia sebagai
pembantunya. 

Sejak saat itu bocah yang beruntung ini berpindah jabatan dari tadinya
sebagai penggembala domba dan kini menjadi seorang pembantu
pemimpin seluruh makhluk dan ummat.

Abdullah bin Mas’ud terus mendampingi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam seperti sebuah
bayangan. Ia terus menemani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam baik dalam kondisi menetap
atau saat bepergian. Ia juga mendampingi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam baik di dalam
maupun di luar rumah.
Dialah yang membangunkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam saat Beliau tidur. Dia yang
menutupi Rasul bila Beliau sedang mandi. Dia yang memakaikan sandal,
bila Rasul hendak keluar. Dan melepaskannya lagi bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
hendak masuk ke rumah. Dia yang membawa tongkat dan siwak Rasul.
Dan dialah yang masuk ke dalam kamar Rasulullah bila Beliau hendak
tidur.
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengizinkan Abdullah bin Masud untuk masuk
ke rumahnya kapan saja ia berkehendak. Dan Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam membiarkan
Abdullah mengetahui rahasia Beliau tanpa pernah merasa resah, sehingga
ia dikenal dengan sebutan ‘penjaga rahasia Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.’

Abdullah bin Mas’ud di bina di rumah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sehingga ia
dapat menyerap petunjuk yang diberikan Rasul dan berakhlak seperti
akhlak Beliau. Ia mengikuti jejak Rasul dalam setiap gerak-geriknya,
sehingga ada yang mengatakan: ‘Dia adalah manusia yang paling dekat
kepada Rasul dalam menerima petunjuk dan akhlaknya!”
Abdullah bin Mas’ud belajar langsung di bawah bimbingan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam sehingga ia menjadi sahabat yang paling paham akan bacaan Al
Qur’an. Yang paling mengerti akan maknanya dan paling tahu akan syariat
Allah.
Tidak ada kisah yang paling menunjukkan hal ini kecuali cerita seorang
pria yang datang kepada Umar bin Khattab saat ia sedang wukuf di Arafah.
Maka pria ini berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, aku
datang dari Kufah, di sana ada seorang pria yang mendiktekan mushaf Al
Qur’an dari luar kepalanya (Pent. Begitu hapalnya). Maka Umar langsung
marah dengan begitu kerasnya, jarang Umar marah seperti ini. Ia langsung
naik pitam sehingga seolah ia membesar memenuhi ruas badan
tunggangannya. Ia berkata: “Celaka  kamu, siapakah dia?!” Pria tadi
menjawab: “Abdullah bin Mas’ud.”
Amarah Umar langsung beringsut dan ia kembali lagi dalam kondisi
semula. Lalu ia beujar: “Celaka kamu, Demi Allah aku tidak tahu ada orang 
yang masih tersisa yang lebih berhak dalam urusan ini selain dia. Aku akan
bercerita kepadamu akan hal ini.”
Umar memulai pembicaraannya: 
“Suatu malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berbicara dan bermusyawarah
dengan Abu Bakar ra seputar permasalahan kaum muslimin.Saat itu aku
bersama mereka. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan kami ikut keluar
bersamanya. Ternyata kami dapati ada seorang pria yang sedang shalat di
mesjid dan kami tidak tahu siapa dia sebenarnya. Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam diam sejenak
untuk mendengarkan bacaannya. Kemudian Beliau menoleh ke arah kami
sambil bersabda: “Siapa yang ingin membaca Al Qur’an yang segar seperti
baru diturunkan, maka bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin!”
Kemudian terlihat Abdullah bin Mas’ud duduk dan berdo’a. Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam langsung bersabda kepadanya: “Mintalah pasti engkau
akan diberi! Mintalah pasti engkau akan diberi!”
Lalu Umar meneruskan kisahnya:
“Aku berkata dalam diri: Demi Allah, besok pagi aku akan mendatangi
Abdullah bin Mas’ud dan aku akan menyampaikan kabar gembira bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengaminkan do’anya. Keesokan harinya aku datang
kepada Abdullah untuk menyampaikan kabar gembira ini, namun aku
temui Abu Bakar telah mendahuluiku untuk memberi kabar gembira ini
kepadanya.
Demi Allah, tidak pernah aku mengalahkan Abu Bakar dalam kebaikan,
pasti ia sudah lebih dahulu melakukannya!”

Ilmu Abdullah bin Mas’ud tentang Kitabullah telah sampai pada
tingkatan sebagaimana yang ia katakan:
“Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya. Tidak ada satu ayat pun dari
Kitabullah yang turun kecuali aku mengetahui dimana ia diturunkan, dan
aku mengetahui dalam peristiwa apa  ia diturunkan. Jika aku tahu ada
seseorang yang lebih mengerti Kitabullah dariku, jika mungkin untuk
ditempuh pasti akan ku datangi ia.

Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan  saat ia berkata tentang dirinya.
Inilah kisah Umar bin Khattab ra yang berjumpa dengan sebuah kafilah
dalam sebuah perjalanan, dan malam sudah meliputi siang sehingga
membuat kafilah tadi kegelapan.
Dalam kafilah tersebut terdapat Abdullah bin Mas’ud. Maka Umar bin
Khattab memerintahkan seseorang untuk memanggil mereka: “Dari mana
kafilah ini?” Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab: “Minal fajjil amiq
(Dari lembah yang jauh)!’ Umar bertanya: “Hendak kemana kalian?” 

Abdullah menjawab: “Al Baital atiq (Ke rumah tua / Ka’bah)!” Maka Umar
berkata: “Dalam kafilah ini ada seorang yang Alim… dan Umar
memerintahkan seseorang untuk bertanya: “Ayat Al Qur’an mana yang
paling agung?” Maka Abdullah menjawab: “Allahu La Ilaaha illa Huwa Al
Hayyu Al Qayyum, La Takhudzuhu sinatun wa la naum (Allah, tiada Tuhan
selai Dia Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri. Ia tidak pernah merasa
ngantuk dan tertidur.”
Umar memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka ayat Al Qur’an mana
yang paling bijak?” Maka Abdullah menjawab: “Inna Allaha ya’muru bil
adli wal ihsan wa iitai dzil qurba (Sungguh Allah memerintahkan untuk
berbuat adil,  baik dan memberikan bantuan kepada kerabat terdekat).”
Umar lalu memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an
mana yang paling lengkap?” Abdullah menjawab: “Fa man ya’mal mitsqala
dzarratin khayran yarahu, wa man  ya’mal mitsqala dzarratin syarran
yarahu (Siapa orang yang melakukan kebaikan seberat biji dzarrah maka ia
akan melihatnya. Siapa orang yang melakukan keburukan seberat biji
dzarrah maka ia akan melihatnya.”
Umar memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an mana
yang paling membuat takut?”  Abdullah menjawab: “Laisa bi amaniyikum
wa la amaniyi ahlil kitab man ya’mal suu’an yujza bihi wa la yajid lahu min
duunillahi waliyyan wa la nashiran ((Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-
angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan
diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung
dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah).” 
Umar lalu memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an
mana yang paling memberi harapan?” Abdullah menjawab: “Qul ya
ibadiya alladzina asrafu ala anfusihim wa la taqnatuu min rahmatillah
Innallaha yaghfiru Adz dzuuuba jamiian. Innahu Huwa Al Ghafuur Al
Rahiim  (Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat
Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).”
Umar memerintahkan: “Apakah ada Abdullah bin Mas’ud bersama
kalian?” Maka rombongan tersebut serempak menjawab: “Benar!”
Abdullah bin Mas’ud tidak hanya pandai, mengerti Al Qur’an, taat
beribadah dan zuhud saja; akan tetapi ia bahkan adalah sosok yang kuat,
tegar, mujahid yang pantang mundur jika berperang.
Dalam hal ini sebagi buktinya cukup dengan pernyataan bahwa dia
adalah muslim pertama di muka bumi setelah Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam yang berani
membacakan Al Qur’an dengan terang-terangan. 

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tengah berkumpul di
Mekkah. Saat itu mereka adalah kelompok minoritas yang selalu tertindas.
Mereka berkata: “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar Al
Qur’an dibacakan dengan keras kepada mereka. Siapakah orang yang
berani membacakannya kepada mereka?!”
Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku yang akan membacakan Al
Qur’an kepada mereka!”
Maka para sahabat tadi menukas: “Kami khawatir mereka akan
mencelakaimu. Yang kami inginkan adalah seseorang yang memiliki
keluarga besar yang dapat melindungi dan menjaganya dari kejahatan
mereka bila mereka berniat melakukannya.”
Abdullah menjawab: “Biarkan aku melakukannya, karena Allah akan
menjaga dan melindungiku!”
Kemudian ia pergi ke Masjidil Haram dan ia berjalan ke arah maqam
Ibrahim pada waktu dhuha. Saat itu suku Quraisy sedang duduk di
sekeliling Ka’bah. Abdullah lalu berdiri di depan Maqam Ibrahim dan
membacakan dengan suara keras: “Bismillahirrahmanirrahim, Ar Rahman,
Allamal Qur’an, Khalaqal Insana, Allamahul Bayan. ((Tuhan) Yang Maha
Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia menciptakan manusia,
Mengajarnya pandai berbicara).” Ia masih meneruskan bacaannya. Maka
suku Quraisy mulai meresapi bacaannya. Mereka berkata: “Apa yang
sedang dibacakan oleh Ibnu Ummi  Abdin? Celaka dia! Dia sedang
membaca sebagian ayat yang dibawa oleh Muhammad!”
Maka mereka langsung menghampiri Abdullah dan memukuli
wajahnya dan ia masih saja meneruskan bacaannya sehingga batas yang
Allah tentukan. Kemudian ia datang menghadap para sahabatnya dan
darah mengalir dari tubuhnya. Para sahabatnya berkata: “Inilah yang kami
khawatirkan pada dirimu!”
Abdullah menjawab: “Demi Allah,  para musuh Allah tidak ada yang
lebih berat dari mereka mulai saat ini. Jika kalian mau, besok pagi aku akan
membuat mereka semua seperti ini!” Para sahabat menjawab: “Jangan,
cukuplah karena engkau telah berani membacakan kepada mereka apa
yang mereka benci!”

Abdullah bin Mas’ud masih hidup hingga masa khilafah Utsman bin
Affan ra. Saat ia sudah mendekati ajalnya, Utsman menjenguknya lalu
bertanya: “Apa yang kau keluhkan?” Ia menjawab: “Dosa-dosaku.” Utsman
bertanya: “Apa yang kau inginkan?” Ia menjawab: “Rahmat Tuhanku.”
Utsman bertanya: “Apakah engkau menginginkan jatahmu yang selalu kau
tolak sejak bertahun-tahun lalu?” Ia menjawab: “Aku tidak
memerlukannya.” Utsman berkata: “Itu akan bermanfaat bagi anak-anak
putrimu sepeninggalmu nanti” Ia  menjawab: “Apakah engkau khawatir
anak-anakku menjadi faqir? Aku telah memerintahkan mereka untuk 

membaca surat Al Waqiah setiap malam. Dan aku pernah mendengar
sabda Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam: ‘Siapa yang membaca surat Al Waqiah setiap malam,
maka ia tidak akan terkena kefakiran untuk selamanya.”

Begitu malam tiba, Abdullah bin Mas’ud kembali kepangkuan
Tuhannya. Lisannya basah dengan dzikir kepada Allah, dan penuh dengan
aya-ayat Allah yang jelas.
Jenazahnya dishalatkan oleh ribuan kaum muslimin; termasuk
didalamnya Zubeir bin Awwam.
Kemudian ia dimakamkan di Baqi. Semoga Allah merahmatinya.

Sumber : Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rosulullah

No comments:

Post a Comment

Silakan Tuliskan Komentar Anda Tentang Blog Ini dan Juga Tentang Postingannya, Komentar dan Masukkan Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan Blog Ini

Beri Tahu Kami Jika Ada Link Download Yang Tidak Bekerja atau Tidak Bisa Dibuka
TERIMA KASIH...!!!