اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
LCD Text Generator at TextSpace.net
LCD Text Generator at TextSpace.net
small rss seocips Murottal Qur'an
Sambil dengerin ngaji yuukk, baca postingannya, klik tombol play nya !!!

Thursday, March 24, 2016

Majza’ah bin Tsaur al Sadusy

“Majza’ah bin Tsaur adalah Seorang Patriot Pemberani yang Mampu
Membunuh Seratus Orang Musyrikin. Apa Pendapatmu Tentang
Orang yang Berani Membunuh Kaum Musyrikin di Medan Laga!!”


Merekalah para patriot dan pahlawan jundullah yang telah
mengibaskan debu Al Qadisiyah di wajah karena bergembira atas
kemenangan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka merasa iri kepada
para sahabat yang telah mendapatkan pahala syahadah. 
Mereka berharap menjumpai peperangan yang begitu besar dan hebat
seperti Al Qadisiyah. Mereka juga menanti-nanti perintah dari Khalifah
Umar bin Khattab untuk meneruskan  jihad demi merobohkan kekuasaan
Kisra dari akarnya.

Keinginan para pejuang ini tidak membutuhkan banyak waktu untuk
terwujudkan. 
Tersebutlah seorang utusan khalifah Umar yang berangkat dari
Madinah ke Kufah dengan membawa perintah dari khalifah untuk wali
(gubernur) Kufah yang bernama Abu Musa Al Asy’ari.
Surat tersebut
memerintahkan untuk menggerakkan pasukan Islam yang ada di sana dan
bergabung dengan pasukan muslimin yang berasal dari Bashrah, kemudian
berangkat bersama menuju Ahwaz untuk mengejar Hurmuzan dan
membunuhnya. Lalu membebaskan kota Tustar sebagai jantung negeri raja Kisra.
Dalam surat khalifah Umar yang diperuntukkan kepada Abu Musa Al
Asy’ari dinyatakan bahwa Abu Musa harus ditemani oleh seorang
penunggang kuda yang gagah berani bernama Majza’ah bin Tsaur Al
Sadusy seorang pemuka dan pemimpin Bani Bakr.
                                                      

Abu Musa Al Asy’ari: Dia adalah Abdullah bin Qais bin Salim Al Asy’ari. Beliau adalah seorang
tokoh sahabat ternama berasal dari Yaman. Saat ia hendak berhijrah dari Yaman untuk menemui
Rasulullah, ia membuang perahu yang dibawanya di daerah Habasyah dan kemudian ia berjumpa
dengan kaum Muhajirin di sana. Rasul pernah memerintahkannya untuk memimpin wilayah Zubaid
dan Adn, lalu Umar bin Khattab menjadikannya wali Basrah. Dia adalah salah seorang penengah dalam
perselisihan antara Ali dan Muawiyah dan ia adalah utusan dari pihak Ali.

 Ahwaz: Sebuah distrik di Persia yang terletak di teluk di sebelah barat Iran pada zaman
sekarang.

 Hurmuzan: adalah panglima perang pasukan Persia



Abu Musa Al Asy’ari melaksanakan perintah khalifatul muslimin. Lalu
ia mempersiapkan pasukannya. Sebagai panglima pasukan infantri adalah
Mazja’ah bin Tsaur Al Sadusy. Kemudian pasukan Abu Musa bergabung
dengan pasukan muslimin yang datang dari Basrah, lalu bersama-sama
menuju ke medan peperangan sebagai pejuang di jalan Allah.
Pasukan kaum muslimin terus menerus berhasil membebaskan berbagai
kota, melepaskan belenggu pada para penduduknya dan Hurmuzan selalu
berlari dari kaum muslimin sehingga ia berlindung di kota Tustar.
Tustar yang dijadikan tempat berlindung Hurmuzan adalah sebuah
kota yang paling indah dan kuat pertahanannya.
Tustar juga merupakan kota bersejarah yang terletak di sebuah dataran
tinggi dan dibangun dengan seni ala Persia. Tempat ini dialiri oleh sebuah
sungai besar yang disebut dengan Dujail.
Di bagian atas kota tersebut ada sebuah pancuran yang dibangun oleh
raja Sabur untuk mengangkat air sungai yang melintasi beberapa saluran
yang ia gali di bawah bumi.
Pancuran Tustar dan salurannya adalah hal yang paling menarik dari
bangunan tersebut, karena ia diikat dengan batu besar, ditopang dengan
tiang-tiang baja dan pancuran serta salurannya dilapisi dengan kapur.
Di sekeliling Tustar dibangun tembok besar dan tinggi yang
mengelilingi Tustar dengan begitu rapatnya. Para ahli sejarah mengatakan
tentang kehebatan tembok ini: “Tembok ini adalah tembok pertama dan
terbesar yang pernah dibangun di muka bumi.” 
Lalu Hurmuzan menggali sebuah parit besar di sekeliling tembok untuk
menghalangi pasukan musuh yang ingin masuk, dan iapun menyiapkan
barisan pasukan berkuda yang terbaik sebagai pendukungnya.
Pasukan muslimin berkemah di sekeliling parit Tustar selama 18 bulan
karena tidak bisa melewatinya. Dan mereka sudah melakukan perang
selama masa tersebut sebanyak 8 kali melawan pasukan Persia.
Setiap peperangan tersebut di mulai dengan duel antara pasukan
berkuda, yang kemudian diteruskan dengan peperangan yang hebat antara
kedua pasukan.
Majza’ah bin Tsaur telah membuat sebuah aksi fantastis dan
mengejutkan baik kawan maupun lawan pada saat yang sama. 

Ia telah mampu membunuh 100 orang pejuang berkuda pasukan
musuh. Karenanya, nama Majza’ah membuat pasukan Persia menjadi
gentar dan sebaliknya hal itu membuat pasukan muslimin semakin teguh
dan tak gentar.
Sejak saat itulah orang-orang  yang belum mengerti sebelumnya
menjadi mengerti mengapa Amirul Mukminin begitu berkeras agar
Majza’ah yang gagah berani ini ditempatkan pada posisi terdepan pasukan
muslimin.

Pada akhir dari peperangan yang berjumlah delapan itu, pasukan
muslimin telah berhasil mengalahkan pasukan Persia, sehingga Persia
membuka pagar yang dibangun di atas parit dan akhirnya mereka
berlindung di dalam kota. Sesampainya di kota, mereka menutup semua
gerbang kota dengan begitu rapat.

 Pasukan muslimin yang telah menjalani masa penantian yang begitu
lama kini mengalami situasi yang lebih parah lagi. Hal itu disebabkan,
karena pasukan Persia menghujani pasukan muslimin dengan anak panah
yang mereka lesatkan dari ketinggian menara-menara.
Mereka juga melemparkan rantai-rantai besi dari atas tembok. Di ujung
setiap rantai terdapat penjepit yang begitu panas.
Jika ada salah seorang dari pasukan muslimin hendak menaiki tembok
tadi atau mendekatinya, maka pasukan Persia akan melemparkan rantai
dan penjepit besi tadi dan menariknya ke arah mereka. Karenanya, badan
yang terkena rantai besi yang amat panas tadi akan terbakar di buatnya,
dan dagingnya akan terkelupas sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kali ini kondisi pasukan muslimin  amat sulit terasa. Mereka semua
berdo’a dengan hati yang khusyuk kepada Allah karena khawatir mereka
akan dikalahkan. Mereka juga meminta kepada-Nya agar diberikan
kemenangan melawan musuh Allah dan musuh mereka.

Ketika Abu Musa Al Asy’ari sedang merenungi kehebatan tembok Tustar
yang besar dan hal itu membuatnya putus asa untuk dapat menembusnya.
Lalu tiba-tiba ada sebuah anak panah yang jatuh dihadapannya yang
berasal dari atas tembok. Ia lalu melihatnya dan ternyata anak panah
tersebut membawa sebuah surat yang berbunyi: “Aku percaya kepada
kalian, wahai kaum muslimin. Aku meminta jaminan kepada kalian atas  diriku, hartaku, keluargaku dan para pengikutku. Sebagai kompensasinya
aku akan menunjukkan kepada kalian sebuah jalan rahasia menuju kota
Tustar.”
Maka Abu Musa memberikan jaminan keamanan kepada penulis surat
tadi, dan ia langsung mengirimkannya lewat sebuah anak panah.
Orang tersebut lalu yakin dengan jaminan keamanan yang diberikan
kaum muslimin karena sifat mereka yang terkenal dengan menepati janji
dan menjaga perjanjian. Ia pun akhirnya menyusup ke barisan kaum
muslimin pada saat kegelapan malam dan berbicara kepada Abu Musa
dengan fakta yang dibawanya: 
“Kami adalah pembesar bangsa Persia. Hurmuzan pernah membunuh
kakak tertuaku. Ia juga telah merampas harta dan keluarga kakakku. Ia
juga hendak melakukan kejahatan kepadaku sehingga aku sudah tidak
percaya kepadanya atas keamanan diriku dan keluargaku.
Maka aku memilih kalian yang adil atas kezalimannya. Aku memilih
kalian yang menepati janji daripada dia yang suka berkhianat. Aku berniat
untuk memberitahukan kalian sebuah jalan rahasia yang dapat
menghantarkan kalian menuju Tustar.
Kirimkanlah kepadaku seorang yang  pemberani, cerdas dan pandai
berenang agar aku dapat menunjukkan kepadanya jalan tersebut!”

Abu Musa Al Asy’ari lalu memanggil Majza’ah bin Tsaur al Sadusy. Ia
lalu memberitahukan berita ini. Abu Musa berkata: “Kirimkan seorang dari
kaummu yang cerdas dan pemberani, juga pandai berenang!” 
Majza’ah menjawab: “Biarkanlah aku yang melakukannya, wahai
Amir!”
Abu Musa berkata: “Jika kau menginginkannya, semoga engkau
diberkati Allah!”
Kemudian Abu Musa berwasiat kepada Majza’ah untuk menghapal
jalan, mengenali letak jalan tersebut, menginformasikan persembunyian
Hurmuzan dan selalu mengawasinya dan jangan pernah melakukan
apapun hal selain itu.
Majza’ah kemudian berangkat di kegelapan malam bersama orang
Persia yang menunjukkannya. Kemudian orang tersebut memasukkan
Majza’ah ke dalam saluran di bawah tanah yang menyambungkan antara
sungai dan kota Tustar.
Saluran tersebut terkadang akan menjadi luas sehingga Majza’ah dapat
berjalan dengan kedua kakinya. Namun terkadang ia menjadi sempit 
sehingga membuat Majza’ah harus berenang di dalamnya.
Sungai tersebut terkadang bercabang dan meninggi, dan terkadang juga
lurus. 

Demikianlah perjalanan Majza’ah di bawah saluran air sehingga ia tiba
di sebuah lobang yang menuju kota. Orang Persia tersebut memperlihatkan
kepada Majza’ah Hurmuzan yang telah membunuh kakaknya dan tempat
persembunyiannya.
Begitu Majza’ah melihat Hurmuzan, ia langsung ingin melesatkan anak
panah ke leher Hurmuzan. Akan tetapi ia teringat pesan Abu Musa
kepadanya agar tidak melakukan apa-apa. Maka Majza’ah langsung
menahan diri dan kembali lewat jalan yang ia lalui sebelum datangnya
Fajar.
Abu Musa lalu menyiapkan 300 orang pemberani, paling teguh dan
cekatan dari pasukan muslimin. Pasukan ini dipimpin oleh Majza’ah bin
Tsaur yang dilepas dan diberi wasiat  langsung oleh Abu Musa. Abu Musa
kemudian meneriakkan takbir sebagai tanda seruan kepada pasukan
muslimin untuk menyerang kota Tustar.
Majza’ah memerintahkan kepada pasukannya untuk mengenakan
pakaian seringan mungkin agar tidak dirasuki air sehingga akan
menyulitkan gerak mereka. Ia juga memperingatkan pasukannya agar tidak
membawa apapun selain pedang dan mengikatkannya di bawah pakaian.
Mereka pun berangkat pada pertiga malam pertama.
Majza’aah dan pasukannya yang gagah berani mengarungi rintangan
saluran air ini selama 2 jam berturut-turut. Terkadang mereka mampu
mengarunginya dengan mudah dan kadang kala, air dalam saluran
tersebut menyulitkan gerak mereka.
Saat mereka tiba di lobang saluran yang menuju kota, Majza’ah
mendapati bahwa saluran air tersebut telah merenggut 220 orang dari
pasukkannya, dan yang tersisa hanyalah 80 orang saja.

Begitu Majza’ah dan pasukkannya menginjakkan kaki mereka di kota
tersebut, mereka langsung menghunuskan pedang dan mengalahkan para
penjaga benteng. Mereka lalu meletakkan pedang di atas dada mereka.
Kemudian mereka melompat ke arah gerbang kemudian membukanya
sambil meneriakkan takbir.
Maka takbir mereka yang berada di dalam benteng disambut dengan
takbir para sahabatnya yang masih berada di luar.
Maka merangseklah pasukan kaum muslimin ke dalam kota Tustar saat
fajar.
Lalu berkecamuklah perang yang hebat di antara mereka dan musuh-
musuh Allah dimana jarang sekali terdapat dalam sejarah peperangan yang  sehebat dan seganas serta yang paling banyak memakan korban seperti peperangan ini.
Saat peperangan berlangsung dengan sengitnya, Majza’ah bin Tsaur
lalu melihat Hurmuzan. Maka langsunglah Majza’ah menghampirinya dan
melompat ke arahnya dengan menghunuskan pedang. Namun Majza’ah
tidak dapat menangkapnya karena gelombang gerak yang ditimbulkan oleh
para pasukan yang sedang bertempur membuat Majza’ah kehilangan
pandangan. Kemudian Majza’ah sekali lagi melihat Hurmuzan, lalu ia
segera datang ke arahnya…
Lalu Majza’ah dan Hurmuzan saling menyerang dengan pedang yang
mereka bawa. Masing-masing mengibaskan pedang mereka dengan
ganasnya. Namun pedang Majza’ah tidak mengenai sasaran, dan
sebaliknya Hurmuzan berhasil mengarahkan pedangnya.
Maka tersungkurlah patriot muslim yang berani di tengah medan laga.
Hatinya tenang dengan janji Allah yang telah ia raih.
Pasukan muslimin masih saja meneruskan peperangan, sehingga Allah
Swt memberikan kemenangan kepada mereka. Akhirnya, Hurmuzan
menjadi tawanan kaum muslimin.
Pasukan muslimin kembali ke Madinah Al Munawarah dengan
membawa kabar gembira penaklukan Persia kepada Umar bin Khattab.
Mereka menggiring Hurmuzan yang mengenakan mahkota berhiaskan
berlian, dan dipundaknya terdapat  selendang sutra yang dijahit dengan
benang emas. Mereka menggiringnya untuk dibawa menghadap kepada
khalifah.
Meski demikian, mereka membawa kabar duka yang mendalam kepada
khalifah tentang pejuang mereka yang gagah berani bernama Majza’ah bin
Tsaur.


Sumber  : Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rosulullah

No comments:

Post a Comment

Silakan Tuliskan Komentar Anda Tentang Blog Ini dan Juga Tentang Postingannya, Komentar dan Masukkan Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan Blog Ini

Beri Tahu Kami Jika Ada Link Download Yang Tidak Bekerja atau Tidak Bisa Dibuka
TERIMA KASIH...!!!