اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
LCD Text Generator at TextSpace.net
LCD Text Generator at TextSpace.net
small rss seocips Murottal Qur'an
Sambil dengerin ngaji yuukk, baca postingannya, klik tombol play nya !!!

Thursday, March 24, 2016

Usaid bin Al Hudhair

“Malaikat-Malaikat Itu Semuanya Mendengarkanmu, Ya Usaid!”
(Muhammad Rasulullah)

Seorang pemuda berasal dari Mekkah bernama Mus’ab bin Umair
datang ke Yatsrib pada awal utusan pembawa kabar gembira yang dikenal
oleh sejarah Islam.

Ia lalu menginap di rumah As’ad bin Zurarah yang merupakan salah
seorang pembesar suku Khajraj.  Di rumah Zurarah, Mus’ab membuat
kamar untuk dirinya sendiri dan dijadikan markas untuk menyebarkan
agama Allah dan mengabarkan akan adanya Nabi Allah yang bernama
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka para pemuda Yatsrib berdatangan untuk mendengarkan seruan
da’I muda yang bernama Mus’ab bin Umair dengan begitu antusias.
Mereka semua tertarik dengan tenangnya pembicaraan, alasan-alasan
yang jelas, sikap yang berwibawa dan cahaya iman yang terpancar dari
wajah tampan Mus’ab bin Umair.
Hal yang paling membuat mereka tertarik atas itu semua adalah Al
Qur’an yang ia bacakan kepada mereka dari waktu ke waktu. Ia
membacakannya dengan suara yang merdu, dan intonasi yang memukau.
Sehingga hati yang keras menjadi lembut, dan meneteslah air mata dari
bola mata mereka. Majlis Mus’ab bin Umair senantiasa dipenuhi orang
yang masuk Islam dan akhirnya menyatakan keimanan mereka.

Suatu hari, As’ad bin Zurarah pergi bersama tamunya, yaitu sang da’I
Mus’ab bin Umair. Mereka berangkat untuk menemui sebuah jama’ah dari
Bani Abdul Asyhal dan menawarkan kepada mereka ajaran agama Islam.
Keduanya lalu melalui sebuah taman milik Bani Abdul Asyhal, kemudian
mereka berdua duduk di tepian mata air yang begitu jernih di bawah
bayangan pohon kurma.
Lalu datanglah jama’ah dari Bani Abdul Asyhal tadi yang telah masuk
Islam dan sebagian yang hanya ingin mendengarkan penuturannya. Maka
mulailah Mus’ab berdakwah dan memberikan kabar gembira. Semuanya
                                                      

 As’ad bin Zurarah Al Najjary Al Anshary: adalah seorang pemberani dan pemuka suku pada
masa jahiliyah dan Islam. Ia pernah mendatangi Rasulullah Saw di Mekkah bersama Dzakwan bin Abdu
Qais yang menyatakan memeluk Islam dan kembali lagi ke Madinah. Ia termasuk orang
Madinahpertama yang masuk Islam; Ia meninggal sebelum perang Badr dan dimakamkan di Baqi.


mendengarkan penuturan Mus’ab, dan mereka pun mulai terkesima
dengan pembicaraannya.
Lalu datanglah seseorang menceritakan kepada Usaid bin Al Hudhair
dan Sa’d bin Muadz -dan keduanya adalah pemuka suku Aus- bahwa
seorang da’I berasal dari Mekkah telah sampai dekat kampung mereka, dan
orang yang telah mendukungnya adalah As’ad bin Zurarah.
Maka Sa’d bin Usaid bin Al Hudhair berkata: “Ya Usaid, Temuilah
pemuda yang berasal dari Mekkah ini yang datang ke kampung kita untuk
membujuk kaum lemah dan menjelekkan tuhan-tuhan kita. Halangilah dia
dan berilah peringatan kepadanya agar tidak masuk ke kampung kita
setelah ini!”
Ia pun menambahkan: “Kalau saja ia bukanlah tamu sepepuku, As’ad
bin Zurarah, dan kalau saja ia tidak melindunginya pasti sudah aku
bereskan dia!”

Usaid lalu membawa alat perangnya dan ia berangkat menuju
perkebunan. Begitu As’ad bin Zurarah melihatnya sedang datang menuju
ke arah mereka, maka As’ad berkata kepada Mus’ab: “Celaka engkau ya
Mus’ab! Inilah pemuka suku mereka. Ia adalah orang yang paling pintar di
antara mereka dan merupakan orang yang paling sempurna. Dialah Usaid
bin Al Hudhair! 
Jika ia Islam, maka akan banyak orang yang turut masuk Islam. Maka
kisahkanlah tentang Allah dengan benar kepadanya dan berilah pemaparan
yang sebaik mungkin untuknya!”
Usaid bin Al Hudhair berhenti di dekat kerumunan.Ia melihat ke arah
Mus’ab dan sahabatnya sambil berkata: “Apa yang membuat kalian datang
ke kampung kami lalu membujuk orang-orang lemah kami?! Jauhilah
kampung ini jika kalian masih ingin hidup!”
Lalu Mus’ab bin Umair menoleh ke arah Usaid dengan wajah
memancarkan cahaya iman, ia berbicara kepada Usaid dengan intonasi
                                                      

 Sa’d bin Muadz bin An Nu’man bin Umru’ul Qais Al Ausy Al Anshary adalah seorang sahabat
yang pejuang. Dialah yang menjadi pembawa panji kaumnya saat perang Badr. Ia juga turut serta
dalam perang Uhud dan ia termasuk orang yang teguh berjuang dalam peristiwa tersebut. Ia tewas
dengan banyak luka pada peristiwa Khandaq.

 Aus adalah sebuah kabilah berasal dari Yaman. Kabilah ini pindah ke Madinah bersama
dengan sebuah kabilah saudaranya yang bernama Khajraj setelah runtuhnya Sadd Ma’rab. Kemudian
kedua kabilah ini menetap di Madinah.  


yang memukau: “Wahai pemimpin kaum, apakah engkau mau
mendapatkan kebaikan?” Usaid bertanya: “Apa itu?” Mus’ab menjawab:
“Duduklah bersama kami dan dengarkan pembicaraan kami. Jika engkau
senang akan apa yang kami katakan, maka terimalah! Jika engkau tidak
menyukainya, maka kami akan pergi dan tidak akan kembali.”
Usaid lalu berkata: “Engkau adil kalau begitu!” ia pun lalu menaruh
tombaknya di tanah lalu duduk.
Maka Mus’ab menjelaskan kepadanya tentang hakikat Islam. Ia juga
membacakan untuknya beberapa ayat Al Qur’an. Maka nampaklah roman
kebahagiaan di wajahnya. Ia pun berkata: “Betapa indah kalimat yang telah
engkau ucapkan. Betapa agung ayat yang telah kau bacakan!!! Apa yang
kalian perbuat jika hendak masuk ke dalam Islam?!”
Mus’ab lalu menjawab: “Mandilah dan bersihkan pakaianmu, dan
bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah. Lalu lakukanlah shalat dua raka’at!”
Lalu Usaid pergi ke sumur dan bersuci dengan airnya. Kemudian ia
bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, kemudian ia pun melakukan shalat
dua raka’at.
Maka pada hari itu telah masuk ke dalam Islam seorang pejuang bangsa
Arab yang terkenal dan seorang pemuka bangsa Aus.
Kaumnya memanggil dia dengan Al Kamil (yang sempurna) karena
akalnya yang cerdas dan kemulyaan keturunannya. Sebab ia memiliki
pedang dan pena, selain ia adalah seorang patriot yang tepat melemparkan
tombaknya, ia juga adalah seorang yang dapat baca-tulis dalam sebuah
kaum yang sedikit sekali yang bisa baca-tulis.
Islamnya Usaid menjadi penyebab Islamnya Sa’d bin Muadz. Dan
keislaman mereka berdua menjadi penyebab islamnya banyak orang yang
berasal dari suku Aus. Karenanya Madinah menjadi tempat yang dipilih
Rasul Shallallahu 'alaih wasallam untuk berhijrah, tempat berlindung dan ibu kota bagi daulah
Islamiyah yang besar.

Usaid bin Al Hudhair begitu mencintai Al Qur’an –sejak ia
mendengarnya dari Mus’ab bin Umair-. Ia selalu datang kepada Al Qur’an
seperti seekor rusa yang haus datang ke tempat air yang jernih di tengah
teriknya hari. Ia menjadikan Al Qu’ran sebagai kesibukannya yang baru.
Sejak saat itu ia hanya menjadi  seorang mujahid yang berperang di
jalan Allah, atau seorang yang melakukan iktikaf sambil membaca
Kitabullah.
Dia adalah orang yang memiliki suara merdu, pembicaraannya jelas,
senang untuk membacanya. Ia semakin senang membaca Al Qur’an jika  hari sudah semakin larut, dimana para mata manusia sudah terpejam, dan
jiwa mereka telah terbang di bawa mimpi.
Para sahabat Rasul selalu menanti Usaid membaca Al Qur’an dan
berlomba-lomba untuk mendengarkannya.
Sa’d termasuk orang yang sering mendengarkan bacaan Al Qur’an
Usaid yang begitu merdu seperti baru saja turun kepada Muhammad Shallallahu 'alaih wasallam.
Penduduk langit menyukai bacaan Usaid, sebagaimana penduduk bumi
menyukainya.
Pada suatu malam, saat itu Usaid sedang duduk di teras belakang
rumahnya. Anaknya yang bernama Yahya sedang tidur di sampingnya.
Kudanya yang ia siapkan untuk berjihad di jalan Allah sedang terikat
dengan jarak yang tidak jauh darinya.
Malam begitu tenang dan langit begitu bersih. Cahaya bintang
menyapa bumi dengan begitu tenang dan lembut.
Jiwa Usaid bin Al Hudhair lalu berbisik untuk mengharumi udara yang
segar ini dengan bacaan Al Qur’an. Maka ia membacakan dengan suaranya
yang merdu: 
“Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman
kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, Dan mereka
yang beriman kepada Kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. al-Baqarah [2]
: 1-4)
Begitu kudanya mendengarkan bacaan Usaid, kuda tersebut langsung
berputar-putar dan hampir membuat  tali kekangnya putus. Maka Usaid
berhenti membaca dan kudanya langsung diam.
Kemudian ia membaca lagi: 

“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan-nya,dan
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah [2] : 5) 

Maka kudanya, sekali lagi berputar dengan begitu kuatnya. Lebih kuat
dari sebelumnya.
Kemudian Usaid menghentikan bacaannya dan kudanya pun berhenti
berputar.
Hal itu terus berulang. Jika Usaid membaca lagi, maka si kuda akan
berontak dan lari berputar. Jika  Usaid menghentikan bacaannya, maka
kuda itu akan tenang dan diam.
Lalu Usaid khawatir akan anaknya dari pijakan sang kuda. Kemudian ia
menghampiri sang anak untuk membangunkannya. Pada saat itulah, ia
menoleh ke arah langit. Ia melihat awan yang seperti payung yang tidak
pernah terlihat oleh mata hal yang lebih hebat dan mengagumkan dari hal
itu. Di awan tersebut tergantung benda-benda seperti lampu. Maka seluruh
langit menjadi terang benderang. Benda-benda itu terus naik ke langit
sehingga tak terlihat lagi.
Keesokan paginya, ia menghadap Nabi Shallallahu 'alaih wasallam dan menceritakan apa yang
telah ia lihat semalam. Nabi Shallallahu 'alaih wasallam lalu bersabda kepadanya: “Itu adalah para
malaikat yang mendengarkan bacaanmu, Ya Usaid! Jika engkau teruskan
bacaanmu, pasti manusia melihat mereka sehingga tidak samar lagi bagi
manusia untuk melihat malaikat!”

Sebagaimana Usaid bin Al Hudhair begitu cinta kepada Kitabullah, ia
juga amat mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam. Rasul –sebagaimana penuturan Usaid-
adalah manusia yang paling suci, dan merupakan manusia yang paling
jujur dan beriman saat membaca Al Qur’an atau tatkala mendengarkannya.
Dan tatkala Usaid memandang Rasulullah yang sedang berkhutbah atau
berbicara.
Usaid seringkali berharap tubuhnya dapat menyentuh tubuh Rasul Shallallahu 'alaih wasallam
lalu menciumnya.
Suatu kali, hal itu pernah terjadi padanya.
Suatu hari Usaid sedang berkelakar dengan kaumnya. Lalu Rasulullah
Shallallahu 'alaih wasallam menyentuh pinggul Usaid dengan tangan Beliau, seolah Rasul
menyukai apa yang dikatakan Usaid.
Lalu Usaid berkata: “Engkau telah menyakitiku, ya Rasulullah!” Rasul
Shallallahu 'alaih wasallam lalu menjawab: “Mintalah balas dariku, ya Usaid!” Usaid lalu berkata:
“Engkau memakai baju dan aku tidak memakai baju saat Engkau
mencolekku.”
Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam mengangkat baju dari tubuhnya. Lalu Usaid
merangkul tubuh Rasul dan menciumi bagian di antara ketiak hingga pinggul Rasul dan ia berkata: “Demi ibu dan bapakku, ya Rasulullah. Ini adalah tujuan yang selalu aku impikan sejak aku mengenalmu. Kali ini, aku
telah mendapatkannya.

Rasul Shallallahu 'alaih wasallam membalas cinta Usaid kepada Beliau dengan kecintaan yang
setimpal. Beliau selalu mengenang masuknya Usaid ke dalam Islam dan
pembelaan Usaid kepada Beliau pada peristiwa Uhud sehingga ia rela
terkena 7 tombakan yang mematikan pada hari itu. Rasul Shallallahu 'alaih wasallam juga
mengetahui pengaruh dan posisi Usaid di kaumnya. Jika Rasul hendak
memberik syafaat kepada salah seorang anggota kaumnya, maka Rasul
akan memberikan izin syafaat tersebut kepadanya…
Usaid mengisahkan: “Aku datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam dan aku
adukan kepadanya tentang sebuah rumah yang dihuni oleh anggota kaum
Anshar yang amat fakir dan miskin. Kepala keluarga rumah tersebut adalah
seorang wanita. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam bersabda: “Ya Usaid, Engkau datang
setelah kami menginfaqkan semua yang kami miliki. Jika kau mendengar
rizqi yang kami dapat, maka ceritakanlah olehmu tentang penghuni rumah
tadi!”
Setelah itu, Rasulullah mendapatkan harta dari perang Khaibar yang ia
bagikan kepada kaum muslimin seluruhnya. Beliau membagikan harta
tersebut kepada kaum Anshar dengan harta yang banyak. Dan Beliau juga
memberikan harta yang banyak kepada penghuni rumah tadi. Aku pun
berkata kepada Beliau: “Semoga Allah membalas kebaikanmu kepada
mereka, wahai Nabi Allah!”
Rasul Shallallahu 'alaih wasallam menjawab: “Kalian wahai penduduk Anshar, semoga Allah
membalas kalian dengan sebaik-baik balasan. Sebab kalian –sepanjang
pengetahuanku- adalah kaum yang menjaga kehormatan diri dan bersabar.
Kalian akan mendapati manusia akan mengikuti kalian dalam melakukan
kebaikan setelah aku mati. Bersabarlah kalian, hingga kalian bertemu
denganku lagi. Tempat kalian kembali adalah telagaku!”
Usaid bertutur: “Saat kekhalifahan berpindah ke tangan Umar bin
Khattab ra, ia membagikan kepada  seluruh kaum muslimin harta dan
barang-barang. Ia juga mengirimkan kepadaku sebuah pakaian yang aku
anggap hina.
Saat aku sedang berada di mesjid, lalu melintas dihadapanku seorang
pemuda dari Quraisy yang menggunakan pakaian panjang dan besar yang
pernah dikirimkan oleh khalifah Umar kepadaku. Ia memanjangkan
pakaian itu hingga menyentuh bumi. Maka aku bacakan kepada orang
yang ada bersamaku saat itu sabda Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam: “Kalian akan mendapati
manusia akan mengikuti kalian dalam melakukan kebaikan setelah aku
mati.” Dan aku mengatakan: “Benar, sabda Rasulullah!”
                                                      

Maka ada orang yang menghadap Umar dan memberitahukannya apa
yang telah aku katakan. Umar langsung menemuiku segera, dan saat itu
aku hendak shalat. Ia berkata: “Shalatlah, ya Usaid!”
Begitu aku usai melakukan shalat, ia mendatangiku dan berkata: “Apa
yang telah kau katakan?” Akupun mengatakan apa yang aku lihat dan apa
yang telah aku katakan.
Umar berkata: “Semoga Allah memaafkanmu. Itu adalah pakaian yang
aku kirimkan kepada fulan. Dia adalah seorang anggota suku Anshar yang
turut dalam bai’at Aqabah, perang Badr dan Uhud. Seorang pemuda
Quraisy telah membelinya dari orang  Anshar tadi lalu dipakainyalah….
Apakah kau mengira ucapan yang pernah disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaih wasallam ini
terjadi di zamanku?!!”
Usaid menjawab: “Demi Allah, ya Amirul Mukminin tadinya aku tidak
mengira bahwa ini bakal terjadi di zamanmu.”

Setelah itu, usia Usaid bin Al Hudhair tak tersisa lama. Allah telah
mengakhiri hidupnya pada masa pemerintahan Umar ra.
Didapati bahwa ia masih berhutang sebanyak 4000 dirham. Ahli
warisnya berniat menjual tanah  miliknya untuk membayar hutang
tersebut.
Saat Umar mengetahui hal itu, ia berkata: “Aku tidak akan membiarkan
keturunan saudaraku Usaid menjadi beban masyarakat!” Kemudian Umar
bernegosiasi dengan orang yang memberinya hutan. Mereka semua sepakat
untuk membeli hasil bumi tanah tersebut selama empat tahun, setiap
tahunnya seharga seribu dirham


Sumber : Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rosulullah

No comments:

Post a Comment

Silakan Tuliskan Komentar Anda Tentang Blog Ini dan Juga Tentang Postingannya, Komentar dan Masukkan Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan Blog Ini

Beri Tahu Kami Jika Ada Link Download Yang Tidak Bekerja atau Tidak Bisa Dibuka
TERIMA KASIH...!!!